Thursday 17 January 2013

ayah


suatu ketika engkau berkata
duhai anakku intan permata
aku kepingin melihatmu berjaya
setiap hari kutitipkan doa

 pergilah berjuang di medan perang
jangan ditakut ribut dan taufan
usah gentar engkau kan menang
rempuh semuanya yg ada di hadapan

sepenuh hati aku berharap
engkaulah permata yang aku gilap
terus bersinar menerangi gelap
terus berusaha walaupon tertiarap

kini ayah telah jauh pergi
pergi menyahut panggilan Ilahi
hanya tinggal secebis memori
buat penguat sekeping hati

rindu padamu kian menebal
kosong hatiku tak dapat ditampal
menjerit batinku terkial2
meneruskan hidup walau sejengkal

AL-FATIHAH UNTUK AYAH TERSAYANG



~melintang pukang~

Saturday 15 December 2012

harapan

kau pernah berjanji
akulah penemanmu suatu hari
kini semuanya sepi
mungkinkah janji dinodai

harapan yang kubina
hancur berantakan
pimpinlah aku ke sana
hentikan semua permainan

ku ingin bahagia
di sampingmu selamanya
segenap ragaku bernyawa
seluruh jiwaku bercahaya

kau tiada di saat aku memerlukan
kau hilang di saat aku menginginkan
padaku yang tinggal hanya kenangan
erat bersemadi dalam genggaman

angan yang pudar aku sandarkan
semoga hati terus bertahan
dilepas tidak dibuang jangan
pulanglah sayang dalam pelukan

~melintang pukang~

jalanan hidup

di saat aku terjatuh kau tiba
di saat aku sengsara kau ada
di kala bahagia mula menjelma
titik hitam kembali menerpa

hidup seakan tiada erti
begitu tika hati disakiti
menanti menanti dan terus menanti
bisakah aku terus berdiri

sedangkan nasib dirundung malang
perit terasa bukan kepalang
harapan dibina hari mendatang
campakkan pilu yang tak diundang

apakah ini balasan Tuhan
buat diri yang tiada pedoman
setitik air mata jatuh berguguran
hebat seperti dilanda taufan

berpaut pada ranting yang satu
patah sudah tiada berlagu
diatur langkah yang kian kaku
terhenti aku terus membatu

~melintang pukang~

Wednesday 28 November 2012

mimpi

kencang langkah diatur kaku
deruan ombak menjadi bisu
retak si hati jadi seribu
mungkinkah dicantum menjadi satu

seruan itu memanggil sayu
alunan lembut dipupuk bayu
begitu kumbang merayu-rayu
bunga termenung termangu-mangu

bisakah terubat laranya jiwa
bisakah luka terhenti selamanya
bisakah teruna mengubat sengsara
bisakah janji dipateri bersama

sebaris ayat mengukir senyuman
sebaris kata mengesat tangisan
mungkinkah ini dalam genggaman
sekali lagi takkan kulepaskan

~melintang pukang~
<jatuh bangun sendiri>